“Perang
masa depan tidak akan dipicu oleh perebutan emas hitam (minyak) melainkan oleh
perebutan emas biru (air)”, kalimat itu keluar dari mulut mantan Wakil Presiden
Bank Dunia, Ismail Seregeldin dalam sebuah forum air sedunia.air
P
|
embaca tak perlu mengernyitkan dahi,
karena faktanya air yang sehat ini telah menjadi kebutuhan vital dalam kehidupan manusia.
Tanpa air, kehidupan di muka bumi akan punah. Bahkan, indikator pencarian
planet baru yang bisa dikatakan layak huni adalah ketika terdapat sumber air
yang bisa menghidupi seluruh jenis makhluk yang menempati planet tersebut. Hal
ini sudah sangat jelas menunjukkan air sebagai sesuatu yang harus dimiliki dan
merupakan sumber kehidupan.
Air yang memiliki nama lain dihidrogen monoksida adalah zat atau unsur yang terpenting bagi
semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di
planet lain. Air yang volumenya mencapai 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil3)
ternyata menutupi lebih dari 2/3 permukaan bumi kita.
Materi yang sering disebut sebagai pelarut universal ini
pun (karena melarutkan banyak zat kimia) ternyata sudah akrab dengan manusia
dalam membangun peradaban dunia, misalnya Mesopotamia (yang disebut sebagai
sumber peradaban dunia) berada di antara Sungai Tigris dan Euphrates. Begitu
juga dengan Mesir Kuno yang merupakan hadiah dari Sungai Nil, serta pusat-pusat
manusia besar lainnya seperti: Rotterdam, London, Montreal, Paris, New York
City, Shanghai, Tokyo, maupun Chicago yang mendapatkan kejayaannya (salah
satunya) berkat akses ke perairan yang mudah.
Selain sebagai salah satu faktor yang ikut mendorong perkembangan
peradaban dunia, ternyata air sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Faktanya, tubuh
manusia yang terdiri dari 78% air, serta sistem saraf pusat manusia (otak) yang
terdiri dari 90% air membutuhkan suplai air sekitar 2 liter perhari pada
umumnya (tergantung kondisi fisik masing-masing individu).
Dunia seni pun telah lama berkenalan dengan unsur yang
memiliki nama sistematis aqua ini, di
sini air dipelajari dengan cara yang berbeda, ia disajikan sebagai suatu elemen
langsung, tidak langsung atau pun hanya sebagai simbol. Kini berkat dukungan
kemajuan teknologi, fungsi dan pemanfaatan air dalam seni mulai berubah, dari
tadinya pelengkap ia mulai merambat jadi objek utama. Contoh seni terakhir ini
misalnya adalah seni aliran/ tetesan air (sculpture
liquid atau droplet art) yang
merupakan sebuah antologi yang telah mendunia karya Martin Waugh.
Tak habis sampai di situ, pemanfaatan air secara konvensional
untuk kebutuhan futuristik telah direncanakan dengan matang oleh manusia, sebut
saja perencanaan air sebagai bahan bakar alternatif yang didukung oleh penemuan
HHO Electrolyzer oleh Nikola Tesla
atau pun konsep tempat tinggal manusia masa depan yang berbasiskan air, antara
lain: Underwater City, Aero Hotel, Lilypad, Waterpod serta
Hydropolis Underwater Hotel.
Berkaca pada firman Tuhan pun (Alquran dan Alkitab)
kita akan menemukan peranan air yang sangat dahsyat bagi kehidupan manusia yang
memiliki fungsi menghidupkan sekaligus fungsi mematikan (Surat Huud: 6-7 dan
Kejadian 6: 7).
Namun, di tengah eksistensinya yang kian berjaya, kita
generasi penerus dihadapkan pada masalah klise tentang “Sulitnya Mendapatkan
Air Bersih”, padahal kita hidup di negara Indonesia, yang notabene adalah negara
yang pernah menduduki peringkat ke-5 negara paling kaya air sedunia dengan
curah hujan yang mencapai 2.779 milimeter per tahun (menurut data Kementrian
Lingkungan Hidup 2008).
Kini, upaya penyelamatan air pun telah menyeruak di
seluruh belahan dunia, meskipun riaknya berbeda tapi mereka menginginkan satu
hal yang sama. Oleh karena itu, mari peliharalah dan perhematlah penggunaan air
selagi masih bisa tercukupi segala kebutuhan kita. Ingat ini adalah demi masa
depan kita, demi pembangunan bangsa yang lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar